Translate

Showing posts with label ASKEP. Show all posts
Showing posts with label ASKEP. Show all posts

LP KEPERAWATAN DASAR PROFESI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN NYAMAN : CEMAS


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
AMAN NYAMAN : CEMAS



A.  Defenisi Aman Nyaman
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
readmore »»  

LP KEBUTUHAN DASAR PROFESI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


A. Definisi 
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.  Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.  Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal. (Heriana, 2014)
readmore »»  

PERAWATAN LUKA MODERN

LATAR BELAKANG
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
readmore »»  

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

A. PENGERTIAN

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)

B. PENYEBAB / ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu :
  1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
  2. Endokrin
  3. Autoimmun
  4. Metabolik
  5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

C. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3 : 1. Kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

D. MANIFESTASI KLINIK

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
  1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
  2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
  3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
  4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
  5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
  6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
  7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom SjÖgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

E. DIAGNOSTIK

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah:
  1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
  2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
  3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
  5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
  6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
  7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
  8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
  9. Pengendapan cairan musin yang jelek
  10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
  11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
  1. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
  2. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  3. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. PENATALAKSANAAN / PERAWATAN

Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.

Tujuan utama dari program penatalaksanaan / perawatan adalah sebagai berikut :
  1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
  2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
  3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
  4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
  1. Pendidikan
    Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
  2. Istirahat
    Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
  3. Latihan Fisik dan Termoterapi
    Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
  4. Diet/Gizi
    Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
  5. Obat-obatan
    Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
  1. Aktivitas / istirahat
    Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
    Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
  2. Kardiovaskuler
    Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
  3. Integritas ego
    Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
  4. Makanan / cairan
    Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ)
    Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
  5. Hygiene
    Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
  6. Neurosensori
    Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
    Gejala: Pembengkakan sendi simetris
  7. Nyeri / kenyamanan
    Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
  8. Keamanan
    Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
  9. Interaksi sosial
    Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
  10. Penyuluhan / pembelajaran
    Gajala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

    Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
    Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
  2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
  3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
  4. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
  5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
  6. Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
  7. Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
  8. Ig (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
  9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
  10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
  11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
  12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
  13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN

  1. Menghilangkan nyeri
  2. Meningkatkan mobilitas.
  3. Meningkatkan monsep diri yang positif
  4. mendukung kemandirian
  5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

D. TUJUAN PEMULANGAN

  1. Nyeri hilang/ terkontrol
  2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
  3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
  4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. NYERI AKUT/ KRONIS

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Agen pencedera
      2. Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi
      3. Destruksi sendi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
      2. Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus
      3. Perilaku distraksi/ respons autonomic
      4. Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

      1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
      2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
      3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
      4. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
        Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
      2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
        Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
      3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
        Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
      4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
        Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
      5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
        Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
      6. Berikan masase yang lembut
        Rasional : Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
      7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
        Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping
      8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
        Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
      9. Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
        Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
      10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
        Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
      11. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
        Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
  2. MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Deformitas skeletal
      2. Nyeri
      3. Ketidaknyamanan
      4. Intoleransi aktivitas
      5. Kenurunan kekuatan otot.
    2. Dapat dibuktikan oleh :

      1. Keengganan untuk mencoba bergerak / ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik
      2. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot / kontrol dan massa (tahap lanjut).
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:

      1. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan kontraktur.
      2. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
      3. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
        Rasional : Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
      2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
        Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
      3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
        Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
        Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
      4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
        Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
      5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
        Rasional : Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
      6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
        Rasional : Mencegah fleksi leher
      7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
        Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
      8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
        Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
      9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
        Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan / aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
      10. Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
        Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
      11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
        Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
  3. GANGGUAN CITRA TUBUH/ PERUBAHAN PENAMPILAN PERAN

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
      2. Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
    2. Dapat dibuktikan oleh :

      1. Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
      2. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
      3. Perubahan pada gaya hidup / kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat
      4. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
      5. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
    3. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

      1. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
      2. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
        Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
      2. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
        Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
      3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
        Rasional : Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
      4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
        Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
      5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.
        Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
      6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
        Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
      7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
        Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
      8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
        Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
      9. Berikan bantuan positif bila perlu.
        Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
      10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.
        Rasional : Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang / ketidakmampuan
      11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
        Rasional : Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif
  4. KURANG PERAWATAN DIRI

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
    3. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

      1. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
      2. Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
      3. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
        Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
      2. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
        Rasional: Mendukung kemandirian fisik/emosional
      3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
        Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri
      4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
        Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran
      5. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
        Rasional : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual
      6. Kolaborasi: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
        Rasional : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
  5. PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH, KERUASAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP

    1. Faktor risiko meliputi :

      1. Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi aktual)
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

      1. Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
      2. Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
    4. Intervensi dan Rasional:

      1. Kaji tingkat fungsi fisik
        Rasional : Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan
      2. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
        Rasional : Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu
      3. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga.
        Rasional : Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus
      4. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet.
        Rasional : Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang
      5. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi.
        Rasional : Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian
      6. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada.
        Rasional : Memberikan kemudahan berpindah pada / mendukung kontinuitas dalam situasi rumah
  6. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR), MENGENAI PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN.

    1. Dapat dihubungkan dengan :

      1. Kurangnya pemajanan / mengingat.
      2. Kesalahan interpretasi informasi.
    2. Dapat dibuktikan oleh:

      1. Pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
      2. Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
    3. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, pasien akan :

      1. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
      2. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
    4. Intervensi dan Rasional :

      1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
        Rasional : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
      2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
        Rasional : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
      3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
        Rasional : Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks
      4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
        Rasional : Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis
      5. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur.
        Rasional : Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari
      6. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
        Rasional : Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi
      7. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
        Rasional : Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya
      8. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
        Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
      9. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
        Rasional : Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
      10. Berikan informasi mengenai alat bantu
        Rasional : Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
      11. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk dari pada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi
        Rasional : Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
      12. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
        Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
      13. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
        Rasional : Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit
      14. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
        Rasional : Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
      15. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
        Rasional : Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya diri
      16. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila ada).
        Bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal
readmore »»  

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

  1. Faktor predisposisi
    1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik
    2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
    3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah
    ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI

  2. Faktor Presipitasi
    1. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
      1. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
      2. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
      3. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
      4. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks
      5. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
    2. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
    3. Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
      1. Kehilangan bagian tubuh
      2. Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
      3. Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
      4. Prosedur pengobatan dan perawata
    4. Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
  3. Perilaku
    Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendaha ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
    Perilaku dengan harga diri yang rendah
    1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
    2. Produktifitas menurun
    3. Destruktif pada orang lain
    4. Gangguan berhubungan
    5. Merasa diri lebih penting
    6. Merasa tidak layak
    7. Rasa bersalah
    8. Mudah marah dan tersinggung
    9. Perasaan negative terhadap diri sendiri
    1. Pandangan hidup yang pesimis
    2. Keluhan – keluhan fisik
    3. Pandangan hidup terpolarisasi
    4. Mengingkari kemampuan diri sendiri
    5. Mengejek diri sendiri
    6. Mencederai diri sendiri
    7. Isolasi social
    8. Penyalahgunaan zat
    9. Menarik diri dari realitas
    10. Khawatir
    11. Ketegangan peran

    Perilaku dengan Identitas kacau
    1. Tidak mengindahkan moral
    2. Mengurangi hubungan interpersonal
    3. Perasaan kosong
    4. Perasaan yang berubah – ubah
    5. Kekacauan identitas seksual
    6. Kecemasan yang tinggi
    1. Tidak mampu berempati
    2. Kurang keyakinan diri
    3. Mencintai diri sendiri
    4. Masalah hubungan intim
    5. Ideal diri tidak realistik

    Perilaku dengan Depersonalisasi
    Afek
    1. Identitas hilang
    2. Asing dengan diri sendiri
    3. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
    4. Perasaan tidak realistic
    5. Merasa sangat terisolasi
    Persepsi
    1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
    2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
    3. Sukar membedakan diri dengan orang lain
    Kognitif
    1. Kacau
    2. Disorientasi waktu
    3. Penyimpangan pikiran
    4. Daya ingat terganggu
    5. Daya penilaian terganggu
    Perilaku
    1. Afek tumpul
    2. Pasif dan tidak ada respon emosi
    3. Komunikasi tidak selaras
    4. Tidak dapat mengontrol perasaan
    5. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
    6. Menarik diri dari lingkungan
    7. Kurang bersemangat

  4. Mekanisme Koping
    Jangka Pendek Jangka Panjang
    1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat – obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus 1. Menutup Identitas :
    Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi daro orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
    2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
    (ikut kelompok social, keagamaan, politik )
    2. Identitas Negatif :
    Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
    3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : ( kompetisi olah raga kontes popularitas )  
    4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat – obat)  

    Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri daan orang lain

B. Masalah Keperawatan

Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri. Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan konsep diri
Masalah keperawatan uatama
Contoh diagnosa keperawatan yang lengkap
1. Gangguan gambaran diri
  1. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Gangguan identitas diri
  1. Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
  2. Gangguan identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran
  1. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik
  2. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan

  1. Tujuan Umum
    Meningkatkan aktualisasi diri klien : dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
  2. Tujuan Khusus
    Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat
  3. Tindakan Keperawatan
    Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut :
    1. Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membina hubungan saling percaya Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam dan membantu klien menerima semua aspek dirinya
      1. Menerima klien apa adanya
      2. Dengarkan klien
      3. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
      4. Respon yang tidak mengadili
      5. Katakan bahwa klien adalah individu yang berharga, bertanggung jawab dan dapat menolong diri sendiri
      Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki klien Tingkat kemampuan menilai realitas dan control diri diperlukan sebagai landasan asuhan keperawatan
      1. Identitas kemampuan klien
      2. Arahkan klien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
      3. Meyakinkan identitas klien
      4. Beri dukungan untuk menurunkan panic
      5. Pendekatan tanpa menuntut
      6. Menerima dan mengklarifikasikan komunikasi verbal dan non verbal
      7. Cegah klien mengisolasi diri
      8. Ciptakan kegiatan rutin ( ADL )
      9. Buat batasan perilaku yang tidak pantas
      10. Orientasikan klien ke dunia yang nyata
      11. Beri pujian pada perilaku yang tepat
      12. Tingkatkan kegiatan dan tugas secara bertahap untuk menimbulkan pengalaman positif
    2. Menyelidiki diri; Membantu klien menyelidiki diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya Dengan menunjukkan sikap menerima perasaan dan pikiran klien, maka klien akan melakukan hal yang sama
      1. Motivasi klien mengekspresikan emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya
      2. Gunakan komunikasi terapeutik dan empati
      3. Catat pikiran yang logis, observasi respon emosi
      Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain secara terbuka Keterbukaan persepsi diri adalah awal untuk merubah suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas
      1. Tumbuhkan persepsi klien terhadap kekuatan dan kelemahannya
      2. Bantu klien menurunkan self idealnya
      3. Bantu klien menjelaskan hubungannya dengan orang lain
      Menyadari dan mengontrol perasaan perawat Kesadaran diri akan membantu penampilan model perilaku dan membatasi efek negative dalam berhubungan dengan orang lain
      1. Sadari perasaan sendiri baik perasaan negative dan positif dalam berhubungan
      Empati pada klien, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien memahami perasaan orang lain
      1. Gunakan respon empati dan observasi apakah perasaan perawat simpati atau empati
      2. Jelaskan bahwa klien berguna dalam memecahkan masalahnya
      3. Libatkan keluarga dan kelompok menyelidiki diri klien
      4. Bantu klien mengenal konflik dan koping maladaptive
    3. Mengevaluasi diri; Mambantu klien mengevaluasi diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membantu klien mengidentifikasi masalahnya secara jelas Setelah mengetahui masalah dengan jelas alternative pemecahan dapat dibuat klien
      1. bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penilaiannya
      2. Jelaskan bahwa keyakinan klien mempengaruhi perasaan dan perilakunya
      Kaji respon koping adaptif dan maladaptif klien terhadap masalah yang dihadapi Dengan mengetahui koping yang dipilih klien dapat mengevaluasi konsekwensi positif dan negatif
      1. Bersama klien mengidentifikasi
      2. Keyakinan, ilusi, tujuan yang tidak realistic
      3. Identifikasi kekuatan klien
      4. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dalam persepsi yang cocok
      5. Teliti sumber koping yang digunakan klien
      6. Uraikan pada klein bahwa respon koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun negative
      7. Bersama klien mengidentifikasi respon koping yang maladaptif
      8. Komunikasi yang memfasilitasi konfrontasi yang mendukung
      9. Kalrifikasi peran
    4. Membuat perencanaan yang realistik; Membantu klien membuat rencana yang realistik
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien mengidentifikasi pemecahan masalah Jika semua alternative sudah dievaluasi, perubahan menjadi efektif
      1. Jelaskan bahwa yang dapat merubah dirinya adalah klien bukan orang lain
      2. Bantu keyakinan dan ide klien ke dalam kenyataan
      3. Gunakan lingkungan membantu keyakinan klien jadi konsisten
      Bantu klien mengkonsep tujuan yang realistik Dengan tujuan yang jelas dapat merubah harapan yang diinginkan
      1. Bantu klien merumuskan tujuan
      2. Bantu klien untuk menetapkan perubahan yang diinginkan
      3. Anjurkan klien menggunakan pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya
      4. Gunakan role model, role play, visualisasi dan redemonstrasi yang sesuai
    5. Bertanggung jawab dalam bertindak
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Mengeksplorasi koping adaptif dan maladaptif klien dalam memecahkan masalahnya Sangat penting bagi klien mengetahui koping yang digunakan dalam pemecahan masalahnya baik yang negative maupun yang poitif
      1. Beri kesempatan klien untuk memilih koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya
      2. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan kerugian mekanisme koping yang dipilih
      3. Diskusikan bila klien memilih mekanisme koping negative berikut konsekwensinya
      4. Berikan dukungan positif untuk mempertahankan kemajuannya
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unuk di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental yang dapat dilihat pada table berikut ini

Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga


Tujuan
Kegiatan Instruksional
Evaluasi
Menegaskan konsep keunikan anggota keluarga Diskusikan keunikan masing – masing anggota keluarga. Bantu klien mengidentifikasikan tingkat kemampuannya di antar anggota keluarga
  1. Klien dapat mengidentifikasi fungsi keluarga
Uraikan karakteristik perpaduan emosi Analisa tipe dan pola hubungan dalam keluarga. Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan pola keluarga
  1. Klien menguraikan pola hubungan dalam keluarga
  2. Klien mengidentifikasi peran dan perilakunya
Diskusikan pembentukan dan pelaksanaan peran dalam keluarga Sintesa dinamika keluarga dan manifestasi stress pasien, akan mendorong komunikasi dalam keluarga
  1. Klien menyadari kontribusi keluarga terhadap stress masing – masing anggota

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada 2 ( dua ) diagnosa, yaitu :
  1. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan Keperawatan pada :
1. Diagnosa : Perubahan penampilan perab berhubungan dengan harga diri rendah
  1. Tujuan Umum :
    1. Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
    2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    3. Klian dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan
    4. Klien dapat menetapkan ( merencanakan ) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
    5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan
    6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
  3. Tindakan Keperawatan
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Perkenalkan diri
      3. Jelaskan tujuan interaksi
      4. Ciptakan lingkungan yang tenang
      5. Buat kontrak yang jelas (apa yang akan dilakukan/dibicarakan, waktu)
        1. Beri kesemapatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
        2. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
        3. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
    2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif ( keluarga, lingkungan ) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “ reinforcement “ ( pujian terhadap aspek positif klien
    3. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    4. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    5. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    6. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    7. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    8. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    9. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    10. Beri pujian atas keberhasilan klien
    11. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    12. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    13. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    14. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita
    2. Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, system pendukung )
    3. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya
    4. Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis
2. Diagnosa : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
  1. Tujuan Umum
    1. Klien menunjukkan pengingkatan harga diri
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
    2. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
    3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    4. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    5. Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
    6. Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
  3. Tindakan keperawatan :
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Komunikasi terbuka, jujur, empati
      3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
      4. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
      5. Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan ( pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan )
    2. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    3. Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
    4. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien ( tubuh, intelektual, keluarga ) oleh klien di luar perubahan yang terjadi
    5. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    6. Beri pujian atas aspek posirtif dan kemampuan yang masih dimiliki klien
    7. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
    8. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh
    9. Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
    10. Diskusikan cara – cara ( booklet, leaflet sebagai sumber informasi ) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    11. Dorong klien memilih cara sesuai bagi klien
    12. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
    13. Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat
    14. Rehabilitasi bertahap bagi klien
    15. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    16. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    17. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    18. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    19. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    20. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    21. Beri pujian atas keberhasilan klien
    22. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    23. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    24. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    25. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
    2. Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
    3. Klien adaptasi dengan cara – cara yang dipilih dan digunakan

Daftar Pustaka

  1. Keliat, B.A ( 1994 ), Gangguan Konsep Diri, Jakarta, EGC
  2. Keliat, B.A. ( 1998 ), Gangguan Koping, Citra Tubuh dan Seksual pada Klien Kanker, Jakarta, EGC
  3. Keliat, B.A, ( 1998 ), Penetalaksanaan Stress, Jakarta
  4. Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. ( 1995 ), principle and practice of psychiatric nursing, ( 5 th ed)
  5. Towsend, M.C.( 1998 ). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan psikiatri : Pedoman untuk pembuatan Rencana keperawatan, Jakarta : EGC ( Terjemahan ).
Demikian makalah keperawatan tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Bila bermanfaat, silahkan bagikan keteman-teman di bagian bawah dengan meng-klik pada banner...
readmore »»  

TEHNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI

Pengertian Tehnik Distraksi menurut Tamsuri adalah :

Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).

Jenis Tehnik Distraksi antara lain :

Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).
Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

Tehnik pernafasan

Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang

Imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.
Atau bisa juga "Distraksi = Gangguan = berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau mendengarkan radio untuk mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran / cemas / suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang sedang kita alami
Misalnya: rasa sakit. Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau Distraksi berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit.
Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran, kita dapat berfokus pada yang lain sehingga pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita

Cara menggunakan Distraksi

Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan untuk melakukan distraksi.
Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri, berdoa, atau mengulangi pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya." Atau Distraksi dapat eksternal, seperti menjahit, membuat / menggambar lukisan dll
Bagi anda yang menginginkan kesehatan diri menjadi sehat secara lahir dan batin, ada baiknya Anda mau melakukan langkah-langkah latihan relaksasi pernafasan. Bagaimana cara relaksasi tersebut..?
Dalam persepsi kebanyakkan orang, kata “relaksasi” seringkali diidentikkan dengan “kemalasan”, atau suatu cara untuk bermalas-malasan dengan sah.
Relaksasi itu bukan suatu bentuk kemalasan. Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.
Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa; dimana “si pemalas” secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas. Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu.
Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.
TEHNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI

LANGKAH-LANGKAH TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN:

Langkah Pertama:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan menutup dan menempel di atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah duduk tegak dan memejamkan mata dengan perlahan, mulailah dengan mengendurkan seluruh otot tubuh Anda. Mulai dari otot leher dan bahu, lemaskan secara perlahan-lahan. Setelah itu cobalah ke bagian tubuh lain yang masih tegang.
Mulailah mengeksplorasi setiap bagian tubuh dengan visualisasi pikiran, dari ujung jari kaki naik perlahan ke atas sampai ke ubun-ubun kepala. Mata Anda tetap terpejam dengan rileks.
Setelah seluruh tubuh terasa kendur, lemas dan nyaman; nikmatilah posisi tersebut beberapa saat dan tenangkan nafas, lambatkan ritmenya tanpa ada penahanan sama sekali. Usahakan seluruh tubuh Anda merasa nyaman.
Langkah Ke dua:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan membuka, punggung tangan menempel di atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 - 10 menit.
Posisi seperti yang Anda lakukan di Langkah Pertama, tetapi posisi telapak tangan membuka ke atas dengan punggung tangan menempel di paha.
Rasakan saja dengan seluruh bagian tubuh Anda; suasana, situasi ataupun kondisi ruangan tempat Anda sedang berlatih. Setelah seluruh tubuh Anda merasa nyaman, arahkan perhatian ke pusat telapak tangan yang terbuka. Rasakan sensasi atau getaran atau apapun itu, yang terjadi di telapak tangan.
Langkah Ke tiga:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, kedua tangan di samping tubuh.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah posisi berdiri Anda terasa enak dan nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua belah tangan, mulai dari bahu perlahan turun ke lengan atas, siku sampai lengan bawah dan akhirnya telapak tangan. Arahkan perhatian pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan suatu sensasi di telapak tangan atau getaran di lengan dan bahu. Ikuti saja bila getaran atau tenaga tersebut akhirnya mengangkat lengan naik perlahan, kemudian turun lagi. Ikuti terus getaran atau sensasi lainnya yang mengangkat lengan Anda tanpa tenaga otot itu. Terangkat dengan sendirinya, bukan atas kemauan Anda.
Bila Anda tergolong orang yang kurang peka sehingga tidak merasakan apa-apa, tenang dan rileks saja terus. Hal ini tidak berarti Anda gagal atau tidak mendapatkan manfaat dari latihan ini. Latihan ini bukan sekedar fisik, tetapi juga olah pikiran dan jiwa.
Langkah Ke empat:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, telapak tangan saling berhadapan didepan dada tetapi tidak bersentuhan (ada jarak).
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah posisi Anda nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua tangan, mulai bahu perlahan turun ke lengan, siku sampai lengan bawah dan kemudian telapak tangan. Arahkan perhatian Anda pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan. Bila sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan terasa menggerakkan tangan anda, ikuti saja gerakannya, jangan dilawan. Ikutilah terus gerakan tangan anda tanpa tenaga otot tersebut.
Kalau Anda mau melatih Teknik Relaksasi Pernafasan seperti uraian saya di atas ini, maka Anda akan merasakan bertambahnya energi dalam diri Anda semakin hari menjadi semakin besar dan kuat. Sehingga dengan demikian, kehidupan sehari-hari Anda akan selalu diwarnai kegembiraan, dan kesehatan yang Luar Biasa Prima.
Problem kesehatan Anda akan menjadi hilang-sirna seketika, begitu Anda melakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernafasan ini. Dan digantikan dengan kesehatan dan kekuatan lahir-batin Anda yang Luar Biasa Prima! Selamat mencoba melakukan latihan ini dan Anda akan merasakan, bangkitnya “energi dalam” atau “inner power” diri Anda yang selama ini terabaikan karena kesibukan Anda sehari-hari.
Demikian posting tentang Teknik Relaksasi Distraksi, semoga bermanfaat..

Sumber :  http://www.kapukonline.com
readmore »»  

PENGERTIAN, PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

PENGERTIAN, PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

1.      Pengertian
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Tylor C Lillis C Lemone (1989) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan (Depkes RI, 2002).
Menurut UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, mendefinisikan perawat yaitu mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan perawatan
Sedangkan menurut International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan, berwenang dinegara bersangkutan untuk memberi pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. (Depkes RI, 2002).
2.      Peran  Perawat
                   Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas .
                  Sedangkan peran perawat meliputi : pemberi  Asuhan Keperawatan, praktek Keperawatan atau pelaksana, pendidikan klien, pengelola serta kegiatan penelitian dibidang Keperawatan.
a.       Peran sebagai pelaksana
            Peran ini di kenal dengan Care Giver,  peran Perawat dalam  memberikan Asuhan Keparawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai Individu, Keluarga dan Masyarakat, dengan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator serta rehabilitator
b.      Peran sebagai pendidik
            Sebagai  pendidik  Perawat  berperan   dalam   medidik  individu,  keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggungjawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desimilasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.
c.       Peran sebagai pengelola
            Dalam   hal   ini    Perawat    mempunyai    peran dan     tanggung jawab dalam    mengelola pelayanan maupun pendidikan Keperawatan sesuai dengan Manajemen Keperawatan dalam kerangka paradigma Keperawatan. Sebagai pengelola Perawat dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan Keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan Keperawatan, karena pengetahuan  pemahaman Perawat yang kurang sehingga pelaksana Perawat pengelola belum maksimal, mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan tanggungjawab Perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
d.      Peran sebagai peneliti
Sebagai peneliti dibidang Keperawatan, Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan Keperawatan. Penelitian di dalam bidang Keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan tehnologi di bidang kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan Tehnologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi Keperawatan. (Asdi, 2008)
                   3.  Fungsi Perawat.
 Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala  aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk  pemulihan  kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di  miliki,  aktifitas  ini  di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi (Asdi, 2008)
a.       Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan untuk memenuhi KDM.
b.      Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi  dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer kepada perawat pelaksana.
c.       Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak bisa diatasi oleh tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Referensi :
Depkes RI (2002). Perawat Profesional.http://www.freetechebooks.com. Diakses 21 April 2011.
readmore »»