LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau
keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal. (Heriana, 2014)
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi
atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi dapat diartikan bahwa
gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan
terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada
seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah
individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas
harus diprioritaskan.
B. Etiologi
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy. Energi
untuk sel-sel tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang
diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah
menjadi energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika
oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma
dan mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif
asam piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir
ATP, karbondioksida , dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka
katabolisme energy akan dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP,
asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih
sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP
berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy tubuh,
maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem
kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan
pembuangan karbondioksida dan uap air. Beberapa kondisi seperti anemia, syok
hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan dapat
mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh
manusia yang melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif,
memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk tubuh.Sedangkan
otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat pada
tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang.
Jaringan otot merupakan sistem yang berperan sebagai
alat gerak aktif. Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan
relaksasi. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak
mekanik, terjadi beberapa proses kimiawi
dasar sebagai kelangsungan kontraksi
otot. Mekanisme kontraksi otot
dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai
rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot,
maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekan
myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan
myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran aktomiosin. Aktivitas
aktomiosin ini dipengaruhi oleh adanya ion kalisum dan neurottansmitter
asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan
kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan trasnmisi kolinergik pada
neuromuscular akan berdampak pada gangguan kontraksi otot.
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma langsung pada Sistem
Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada gangguan aktivitas
yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain,
memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan. (Potter
& Perry, 2006)
D. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya
gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal
yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan
anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga
dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan
terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.
Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus
poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu
pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi,
kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan
impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi
antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi
gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya
impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk
menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi
lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk
melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
F. Komplikasi
1.
Denyut nadi frekuensinya mengalami
peningkatan, irama tidak teratur
2.
Tekanan darah biasanya terjadi penurunan
tekanan sistol/hipotensi orthostatic
3.
Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi,
pernafasan cepat dan dangkal
4.
Warna kulit dan suhu tubuh terjadi
penurunan
5.
Status emosi stabil
(Rosidawati, dkk 2008)
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang
berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system
musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul
akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada
pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)
3. Penatalaksanaan terapeutik
H.
Pengkajian Fokus
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang
penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
a)
Biodata pasien
b) Riwayat
Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas
atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan dan minum
|
|||||
Mandi
|
|||||
Eliminasi (BAK&BAB)
|
|||||
Berpakaian
|
|||||
Mobilisasi di tempat tidur
|
|||||
Pindah
|
|||||
Ambulasi
|
Keterangan :
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total
I.
Diagnosa
keperawatan
1. Intoleransi
aktivitas
2. Gangguan
mobilitas fisik
3. Keletihan
4. Nyeri
akut
5. Risiko
kerusakan integritas kulit
J.
Penatalaksanaan
keperawatan
1
|
Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energui secara
fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang
diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
a.
melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau
kelemahan.
b.
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
c.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Faktor faktor yang berhubungan :
·
Tirah Baring atau imobilisasi
·
Kelemahan menyeluruh
|
NOC :
· Energy
conservation
· Self Care :
ADLs
Kriteria Hasil :
· Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
·
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)
secara mandiri
|
NIC
:
Energy
Management
§ Observasi
adanyapembatasan klien dalam melakukan aktivitas
§ Kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan
§ Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
§ Monitor pasien
akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
§ Monitor respon
kardiovaskuler terhadap aktivitas
§ Monitor pola
tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity
Therapy
§ Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
§ Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
|
|
2
|
Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi
:
Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada
bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
Batasan
karakteristik :
a.
Postur tubuh
yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
b.
Keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
c.
Keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
d.
Keterbatasan
ROM
e.
Usaha yang
kuat untuk perubahan gerak
Faktor
yang berhubungan :
·
Kurang
pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
·
Tidak nyaman,
nyeri
·
Kerusakan
muskuloskeletal dan neuromuskuler
·
Intoleransi
aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
|
NOC :
· Mobility Level
· Self care :
ADLs
· Transfer
performance
Kriteria Hasil :
· Klien
meningkat dalam aktivitas fisik
· Mengerti
tujuan dari peningkatan mobilitas
·
Memverbalisasikan
perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
· Memperagakan
penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
|
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
§ Monitoring
vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
§ Bantu pasien
untuk perpindahan sesuai kebutuhan
§ Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
§ Latih pasien
dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
§ Dampingi dan
Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
§ Bantu pasien
dengan ambulasi awal jika diperlukan.
§ Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
§ Sediakan alat
bantu (tongkat, walker, kursiroda) untuk ambulasi jika pasien tidak stabil
§ Dorong
ambulasi independen dalam batas aman
|
|
3
|
Keletihan
Definisi : keletihan
terus menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan mental pada tingkat
yang lazim
Batasan karakteristik :
a.
Gangguan
konsentrasi
b.
Tidak
mampu mempertahankan aktifitas pada tingkat yang biasanya
c.
Peningkatan
keluhan fisik
d.
Kekurangan
energi
e.
Kelelahan
Faktor yang berhubungan :
·
Ansietas
·
Depresi
·
Malnutrisi
·
Stressor
·
Kurang
tidur
|
NOC :
·
Energy conservation
·
Nutritional status : energy
Kriteria Hasil :
·
Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa
lebih baik
·
Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi
kelelahan
|
NIC
:
Energy
Management
§ Observasi
adanya pembatasan klien dalam
§ melakukan
aktivitas
§ Dorong anal
untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
§ Kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan
§ Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
§ Monitor pasien
akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
§ Monitor pola
tidur dan lamanya tidur/istirahat
|
|
4
|
Nyeri akut
Definisi
:
Sensori
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik :
a.
Laporan
secara verbal atau non verbal
b.
Fakta dari
observasi
c.
Gerakan
melindungi
d.
Tingkah laku
berhati-hati
e.
Gangguan
tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
f.
Fokus
menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
g.
Perubahan dalam
nafsu makan dan minum
Faktor
yang berhubungan :
Agen
injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
|
NOC :
· Pain Level,
· Pain control,
· Comfort level
Kriteria Hasil :
· Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
· Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
· Tanda vital
dalam rentang normal
|
NIC
:
Pain Management
§ Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§ Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
§ Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
§ Kurangi faktor
presipitasi nyeri
§ Ajarkan
tentang teknik non farmakologi
§ Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
§ Tingkatkan
istirahat
§ Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
§
Monitor
penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
|
|
5
|
Risiko kerusakan integritas kulit
b.d immobilisasi fisik.
Definisi : rentan
mengalami kerusakan epidermis dan atau dermis yang dapat menganggu kesehatan
Faktor yang resiko :
· Agen
cedera kimiawi
· Ekskresi
· Kelembapan
· Hipertermia
· Hipotermia
· Lembab
· Tekanan
pada tonjolan tulang
· sekresi
|
NOC : Risk Control
Dengan kriteria hasil :
·
Pasien mengerti tentang
faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit
·
Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
·
Memodifikasi lingkungan
untuk mengurangi faktor risiko.
|
Pressure
Management
§
Memberitahukan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
§
Memonitor status
nutrisi pasien.
§
Memonitor area
kulit yang dapat terjadi kemerahan dan luka.
§
Melakukan
perubahan posisi pada pasien, minimal setiap 2 jam.
§
Mengajari pasien ROM aktif dan pasif.
§
Mengajari pasien tentang faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit.
|
|
6.
|
Kerusakan integritas jaringan
Definisi : kerusakan membran mukosa, kornea, integumenter, atau jaringan
subkutan
Batasan Karakteristik :
a.
Gangguan
sirkulasi
b.
Iritasi kimia
c.
Kurang volume
cairan
d.
Kurang
pengetahuan
e.
Kelebihan cairan
tubuh
f.
Gangguan
mobilitas fisik
g.
Faktor mekanis
(tekanan, regangan, gesekan)
h.
Faktor nutrisi
(kekurangan atau kelebihan)
i.
Radiasi
j.
Temperatur
ekstrem
|
NOC : Risk Control
Dengan kriteria hasil :
·
Pasien mengerti tentang
faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit
·
Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
·
Memodifikasi lingkungan
untuk mengurangi faktor risiko.
|
Pressure
Management
§
Memberitahukan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
§
Memonitor status
nutrisi pasien.
§
Memonitor area
kulit yang dapat terjadi kemerahan dan luka.
§
Melakukan
perubahan posisi pada pasien, minimal setiap 2 jam.
§
Mengajari pasien ROM aktif dan pasif.
§
Mengajari pasien tentang faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Asmadi. 2008. Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
2.
Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2,
Oktober 2001
3.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul
Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba medika
4.
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa aksara
5.
Mubarak, Wahid Iqbal dkk.
2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi Dalam
Praktek. Jakarta: EGC
6.
NANDA - I. 2018 - 2020. Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
7.
Nursing Interventions Classification
(NIC). Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam
8.
Nursing Outcomes Classification (NOC).
Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima
9.
Perry & Potter. 2006. Buku
ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4 volume 1. Jakarta : EGC.
10.
Rosidawati,
dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
11.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan
dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Anda sedang membaca artikel tentang LP KEBUTUHAN DASAR PROFESI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN, Anda boleh menyebar luaskan atau mengcopy - paste artikel di atas jika memang sangat bermanfaat bagi anda.. Dengan syarat anda harus meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya..